Kreatifitas dan inovasi merupakan dua hal yang
berbeda tetapi cenderung memiliki kesamaan. Kreatifitas adalah sebuah pemikiran
untuk menciptakan sesuatu yang baru sedangkan inovasi adalah melakukan hal yang
baru. Kreatifitas individu dan tim memiliki hubungan yang cukup besar terhadap
perkembangan organisasi, karena untuk melakukan inovasi sebuah organisasi
membutuhkan ide-ide kreatif dari para anggotanya dan diperlukan juga kerjasama
dari semua anggota yang ada. Sebuah inovasipun dapat diciptakan dari terjadinya
proses bertukar pikiran antar anggota organisasi.
Minggu, 30 Juni 2013
Tipologi Budaya Organisasi
Ada beberapa tipologi budaya organisasi. Kotter dan
Heskett (1998) mengkategorisasi jenis budaya organisasi menjadi tiga yaitu
budaya kuat dan budaya lemah; budaya yang memiliki kecocokan strategik; dan
budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya kuat biasanya dapat dilihat oleh
orang luar sebagai memilih suatu gaya tertentu. Dalam budaya organisasi yang
kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama itu dikonstruksi ke dalam semacam
pernyataan misi dan secara serius mendorong para manajer untuk mengikutinya.
Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan nilai budaya yang kuat cenderung
tidak banyak berubah walaupun ada pergantian pimpinan.
Sejalan dengan itu, Robbins (1990) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan budaya yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai
inti dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak
anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada
nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya tersebut. Sebaliknya organisasi
yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak begitu kuat sehingga
jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan besar nilai-nilai
yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau sesuai dengan kebijakan
pimpinan yang baru.
Jenis budaya yang cocok secara strategik memiliki
perspektif yang menegaskan tidak ada resep umum untuk menyatakan seperti apa
hakikat budaya yang baik itu, hanya apabila “cocok” dengan konteksnya. Konteks
itu dapat berupa kondisi objektif dari organisasinya, segmen usahanya yang
dispesifikasi oleh strategi organisasi atau strategi bisnisnya sendiri. Konsep
kecocokan sangat bermanfaat khususnya dalam menjelaskan perbedaanperbedaan
kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi konsepnya mengatakan bahwa suatu
budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh karena itu, beberapa variasi
dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan spesifik dari bisnis-bisnis yang
berbeda itu.
Budaya adaptif didasari pemikiran bahwa organisasi
merupakan sistem terbuka dan dinamis yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Untuk dapat meraih sukses dalam lingkungan yang senantiasa
berubah, organisasi harus tanggap terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi, dapat membaca kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan
penyesuaian secara cepat. Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi
mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan
perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans (1992) memaparkan karakteristik
budaya organisasi sebagai berikut:
1.Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipenuhi
2.Norma-norma
3.Nilai-nilai yang dominan
4.Filosofi
5.Aturan-aturan
6.Iklim organisasi.
Semua karakteristik budaya organisasi tersebut tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, dalam arti bahwa unsur-unsur
tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam suatu jenis organisasi, baik
yang berorientasi pada pelayanan jasa maupun organisasi yang menghasilkan
produk barang.
Robbins (1990) mengemukakan 10 karakteristik budaya
organisasi, yaitu:
1.Inisiatif individu
2.Toleransi terhadap risiko
3.Pengarahan
4.Integrasi
5.Dukungan manajemen
6.Pengawasan
7.Identitas
8.Sistem penghargaan
9.Toleransi terhadap konflik
10.Pola komunikasi.
Inisiatif individual adalah seberapa jauh inisiatif
seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab,
kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota organisasi, dalam artian
seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa
berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan
seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
Toleransi terhadap risiko, menggambarkan seberapa
jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif dan mau
menghadapi risiko dalam pekerjaannya. Pengarahan, hal ini berkenaan dengan
kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan harapan terhadap sumber
daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam
bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
Integrasi adalah seberapa jauh keterkaitan dan kerja
sama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam
suatu organisasi dengan koordinasi yang baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini
seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan
dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
Pengawasan, meliputi peraturan-peraturan dan
supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari
perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang
loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan
tersebut terhadap organisasi.
Sistem penghargaan pun akan dilihat dalam budaya
organisasi, dalam arti pengalokasian “reward” (kenaikan gaji, promosi)
berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan. Toleransi
terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk mendorong karyawan agar
bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi. Karakteristik yang terakhir
adalah pola komunikasi, yang terbatas pada hierarki formal dari setiap
perusahaan.
SUMBER : http://www.psychologymania.com/2013/01/tipologi-budaya-organisasi.html
Pengertian dan fungsi Budaya Organisasi
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI :
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak
terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh
masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun
bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara
berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat
anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan
keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya
pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam
memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI :
a.
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dan yang lain.
b. Budaya
membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c.
Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
SUMBER: http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-budaya-organisasi.html
Perencanaan Strategi Pengembangan Organisasi
Semua
kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4 tahapan berikut ini.
Tahap 1 :
Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengankeputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan yang jelas,
organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya secara tidak efektif.
Tahap 2 :
merumuskan keadaan saat ini Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari
tujuan yang hendak di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk
pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana
menyangkutwaktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini
dianalisa, rencanadapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih
lanjut. Tahap kedua inimemerlukan informasi-terutama keuangan dan data
statistik yang didapat melaluikomunikasi dalam organisasi.
Tahap 3 :
mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan Segala kekuatan dankelemahan
serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor
lingkungan intren dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walau pun sulit dilakukan,
antisipasi keadaan,masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi
di waktu mendatang adalahbagian esensi dari proses perencanaan.
Tahap 4 :
mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaiantujuan
Tahap
terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagai alternatif
kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut
danpemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif
yang ada.
Langkah-langkah Perubahan Organisasi
Langkah
langkah dalam mewujudkan perubahan organisasi, Langkah tersebut terdiri dari :
Mengadakan
Pengkajian : Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi apapun tidak dapat
menghindarkan diri dari pengaruh daripada berbagai perubahan yang terjadi di
luar organisasi. Perubahan yang terjadi di luar organisasi itu mencakup
berbagai bidang, antara lain politik, ekonomi, teknologi, hukum, sosial budaya
dan sebagainya. Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap organisasi, baik
dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak bersifat negatif apabila
perubahan itu menjadi hambatan bagi kelancaran, perkembangan dan kemajuan
organisasi. Dampak bersifat positif apabila perubahan itu dapat memperlancar
kegiatan, perkembangan dan kemajuan organisasi atau dalam bentuk
kesempatan-kesempatan baru yang tidak tersedia sebelumnya.
Mengadakan
Identifikasi : Yang perlu diidentifikasi adalah dampak perubahan perubahan yang
terjadi dalam organisasi. Setiap faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
organisasi harus diteliti secara cermat sehingga jelas permasalahannya dan
dapat dipecahkan dengan tepat.
Menetapkan
Perubahan : Sebelum langkah-langkah perubahan diambil, pimpinan organisasi
harus yakin terlebih dahulu bahwa perubahan memang harus dilakukan, baik dalam
rangka meningkatkan kemampuan organisasi maupun dalam rangka mempertahankan
eksistensi serta pengembangan dan pertumbuhan organisasi selanjutnya.
Menentukan
Strategi : Apabila pimpinan organisasi yakin bahwa perubahan benar-benar harus
dilakukan maka pemimpin organisasi haru segera menyusun strategi untuk
mewujudkannya.
Melakukan
Evaluasi : Untuk mengetahui apakah hasil dari perubahan itu bersifat positif
atau negatif, perlu dilakukan penilaian. Apabila hasil perubahan sesuai dengan
harapan berarti berpengaruh postif terhadap organisasi, dan apabila sebaliknya
berarti negatif.
Mengadakan
perubahan struktur organisasi.
Mengubah
sikap dan perilaku pegawai.
Mengubah
tata aliran kerja.
Mengubah
peralatan kerja.
Mengubah
prosedur kerja.
Mengadakan
perubahan dalam hubungan kerja antar-personal.
Pengertian Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Pengertian
Perubahan Organisasi
Pengertian
Perubahan Organisasi adalah suatu variasi dari cara-cara yang telah mapan,yang
selama ini berlangsung dalam organisasi dan dipergunakan serta ditaati oleh
anggota organisasi dalam melakukan aktivitasnya dan berbeda dari apa yang
selama ini ada dan telah berlaku dalam organisasi.
Pengertian
Pengembangan Organisasi adalah suatu pendekatan sistematik, terpadu dan
terencana untuk meningkatkan efektivitas organisasi serta memecahkan
masalah-masalah (seperti kutrangnya kerja sama/koperasi, desentralisasi yang
berlebihan dan kurang cepatnya komunikasi dan sebagainya) yang merintangi
efisiensi pengoperasian pada semua tingkatan.
Pengertian
Pengembangan Organisasi
Pengembangan
organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan kemampuan organisasi
dalam kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah, sehingga dapat
mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota
organisasi. Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha
meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan
individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
Model desain organisasi
Model desain organisasi
Ada dua
model ekstrem dari desain organisasi
Model
mekanistis, yaitu sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang
luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan
sentralisasi
Model
organik, yaitu sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan
lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi
yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif
Model
Piramid,model ini di buat persis sebuah piramida.
Model
Horizontal,Model ini dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal dengan
pembagian funsional masing-masing bersama tugasnya masi-masing
Departementalisasi
Departementalisasi
merujuk kepada proses pengelompokkan aktivitas menjadi sejumlah departemen.
Divisi
tenaga kerja menghasilkan spesialis yang memerlukan koordinasi. Koordinasi ini
difasilitasi dengan mengelompokkan para spesialis bersama-sama dalam sejumlah
departemen.
Dimensi struktur organisasi
A. Kompleksitas
Mempertimbangkan
tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat
spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hirarki
organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara
geografis.
Diferensiasi
:
Diffrensiasi horizontal, merujuk pada tingkat diferensiasi antara
unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari tugas yang
dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya.
Spesialisasi
adalah pengelompokkan aktivitas tertentu yang dilakukan satu individu.
Spesialisasi
fungsional = pembagian kerja.
Spesialisasi
social = individunya yang dispesialisasi
Departementalisasi
: cara organisasi secara khas mengkoordiinasikan aktivitas yang telah
dideferensiasi secara horizontal. Misal : Berdasarkan fungsi; geografis;produk;
proses
Diffrensiasi
vertical, merujuk pada kedalaman
struktur
Misal :
organisasi berbentuk tall atau flat, tergantung dari rentang kendali (span of
control)
Diferensiasi
Spasial, tingkat sejauh mana lokasi dari
kantor,pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis.
B. Formalisasi
Formalisasi,
yaitu sejauh mana organisasi menyandarkan dirinya pada peraturan dan prosedur
untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.
Keuntungan
adanya standarisasi :
Standarisasi perilaku akan mengurangi
keanekaragaman Memudahkan koordinasi
Adanya penghematan
Formalisasi
:
a. Bersifat eksternal bagi pegawai,
peraturan, prosedur, dan aturan ditetapkan
secara terinci, dikodifikasi,
& dilaksanakan melalui pengawasan
langsunng
b. Perilaku yang diinternalkan, melalui
nilai, norma
Teknik-teknik
Formalisasi
·
Seleksi
·
Persyaratan peran
·
Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan.
·
Pelatihan
·
Ritual.
C. Sentralisasi
Sentralisasi,
tingkat di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam organisasi
Hambatan sentralisasi
:
·
Hanya memperhatikan struktur formal.
·
Memperhatikan kebebasan dalam pengambilan
keputusan.
·
Konsentrasi pada seseorang, unit atau
tingkat.
·
Kontrol dari top manajemen, tetapi keputusan
tetap terletak pada anggota tingkat rendah.
Keuntungan
desentralisasi :
·
setiap manajer mempunyai keterbatasan
terhadap jumlah informasi
·
Dapat menanggapi perubahan dengan cepat.
·
Memberi masukan lebih rinci bagi pengambil
keputusan.
·
Memotivasi pegawai untuk memberi kesempatan
dlm pengambilan keputusan.
·
Memberi peluang pelatihan bagi manajer
tingkat rendah.
Keuntungan
sentralisasi :
·
Keputusan komprehensif yang akan diambil.
·
Penghematan dan lebih efektif
SSumber:
id.wikipedia.org/wiki/Struktur_organisasi
s
s
Desain Struktur Organisasi
Struktur
organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian
organisasi. Pada organisasi formal struktur direncanakan dan merupakan usaha
sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat
mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan pada organisasi informal, struktur
organisasi adalah aspek sistem yang tidak direncanakan dan timbul secara
spontan akibat interaksi peserta.
Struktur
organisasi-organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena
struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota
organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang, maka dia harus dapat
mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Pada umumnya
orang akan menganggap struktur sama dengan desain organisasi. Sesungguhnya
desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan penciptaan
struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur merupakan hasil dari
proses desain. Proses desain merupakan suatu kegiatan yang bersifat kontinu dan
dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau hasil dari proses desain tersebut,
para perancang desain organisasi harus merancang sebuah organisasi yang dapat membuat
organisasi tersebut tetap bertahan hidup. Selain itu pemilihan desain
organisasi tersebut akan menentukan besar kecilnya organisasi.Setiap ukuran
organisasi akan memberikan keuntungan masing-masing, namun diharapkan
tercapainya tujuan organisasi dan juga eksistensi dari organisasi.
Implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi
Teori
Managerial Grid
Teori
dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi
dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”.
Pada dasarnya teorimanagerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang
didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised
artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan
tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club
artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu
artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan
suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu
kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen.
Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan
penghargaan.
Task artinya
pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan
organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road
artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan
hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi
dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara
moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi
Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori
manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus
pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan
antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai
seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap
bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini
memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya
yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan
antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik
itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga
organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut
Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang
paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan
yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi
bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan
untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya
team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan
keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil
yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
sumber:
http://nenkiemas.wordpress.com/2011/09/25/implikasi-teori-kepemimpinan-terhadap-pengembangan-sistem-komunikasi-organisasi-2/
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Hadari
(2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1. Adanya
seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya
orang lain yang dipimpin
3. Adanya
kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan
pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya
tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam
organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Sejalan
dengan pendapat Hadari tersebut, Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33)
selanjutnya merinci faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang
tidak dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Dapat
menyelesaikan pekerjaar} melalui orang lain
a. harus menguasai bidang kerjanya (tanpa
kecuali)
b. bersikap ulet
c. diimbangi dengan keluwesan
2. Melalui
orang lain
a. mampu
berorganisasi
b. mampu
berkomunikasi
c. bersikap
manusiawi
3. Dalam
kerangka tanggungjawab
a. melakukan tanggungjawab secara proporsional
b. dapat dipercaya
c. berjiwa stabil
4. Disertai
dengan kepribadian
a. dapat
memelihara dan mengembangkan entusiasme
b. bersikap
tanggap
c. dan
tenang
5. Dan
pengendalian ke dalam
a. bersikap
obyektif
b. mampu
mengkoreksi diri
c. merasa
dapat diganti
6. Dengan
keseimbangan dalam pertimbangan
a.
keseimbangan antara keuletan dan pengertian
b.
keseimbangan antara pengetahuan dan tindakan
c.
kesimbangan antara kemajuan dan etika
7. Dan kelebihan dalam wawasan
a. dalam
membawakan produktivitas kerja pegawai
b. dalam
menjangkau gambaran masa depan
c.
Ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat
Menurut
Teori Perilaku untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan perilaku atau
gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin tersebut
berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut
dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented sryle) dan (2)
berorientasi pada bawahan (employee oriented style).
Selanjutnya
yang dimaksud perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini adalah sifat pemimpin,
dan dari perilaku (gaya) pemimpin yang bersangkutan dalam mempengaruhi orang
lain yang menjadi bawahannya untuk mencapai target atau sasaran perusahaan yang
menjadi tanggungjawabnya
Untuk lebih
mengarahkan tentang pengertian kepemimipinan yang dimaksud dalam penelitian
ini, maka kiranya diperlukan suatu pengertian kepemimpinan pendidikan. Hal ini
diharapkan dapat mempermudah untuk memahami secara mendalam dan lebih khusus
mengenai kepemimpinan di bidang pendidikan. Tim dosen MKDK Pengelolaan
Pendidikan ”Akdon” (1994: 102) mengemukakan tentang pengertian kepemimpinan
pendidikan, yaitu :
Kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam
situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk
menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dari
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan
merupakan kemampuan dari seorang pemimpin pendidikan untuk mampu menggerakkan
seluruh sumber daya pendidikan, baik sumberdaya manusia maupun non manusia
untuk digerakkan, dibina, dan diarahkan dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya secara optimal sampai mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Faktor yang paling penting dalam kegiatan
menggerakan orang lain untukk menunjukan kegiatan manajemen sekolah adalah
kepemimpinan (leadership), sebab kepemimpinan yang menentukan arah dan tujuan,
memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan
proses manajemen kepala sekolah secara keseluruhan. Kesalahan dalam
kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya.
Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber
dan alat-alat (human resources), sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya
bukan hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnik saja (technical skill),
akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya dalam menggerakkan orang
lain yang sering disebut dengan manajerial skills.
TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi
Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi
sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan internal yang ada pada saat
pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi sosio-psikologis pemimpin dapat
dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok (leaders of crowds), pemimpin
siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin publik (public leaders), dan
pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing tipe pemimpin tersebut masih
bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin kelompok adalah: crowd compeller,
crowd exponent, dan crowd representative.
Sub-tipe
pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer president, the take charge
president, the organization president, dan the moderators. Sub-tipe pemimpin
publik ada beberapa, yaitu:
Menurut
Pluto: timocratic, plutocratic, dan tyrannical
Menurut
Bell, dkk: formal leader, reputational leader, social leader, dan influential
leader
Menurut J.M.
Burns, ada pemimpin legislatif yang : ideologues, tribunes, careerist, dan
parliementarians.
Menurut
Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk pemimpin publik, yang memiliki
kemampuan yang sangat menonjol yang membedakannya dengan pemimpin bukan Nabi
atau Rasul, yaitu dalam hal membangkitkan keyakinan dan rasa hormat pengikutnya
untuk dengan sangat antusias mengikuti ajaran yang dibawanya dan meneladani
semua sikap dan perilakunya.
Tipe
pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh masyarakat dilekati 4
setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the manipulator, the workaholic,
dan the egalitarian.
Tipologi
Kepemimpinan Berdasar Kepribadian
Tipologi
kepemimpinan berdasar kepribadian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu tipologi Myers - Briggs dan tipologi berdasar skala CPI
(California Personality Inventory). Myers - Briggs mengelompokkan tipe-tipe
kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang dikembangkan oleh Jung, yaitu:
extrovert - introvert, sensing - intuitive, thinking - feeling, judging -
perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia teliti pada manajer Amerika
Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
ISTJ:
introvert - sensing - thinking - judging
ESTJ:
extrovert - sensing - thinking - judging
ENTJ:
extrovert - intuitive - thinking - judging
INTJ:introvert
- intuitive - thinking - judging
Kemudian
dengan menggunakan tipe kepribadian yang disusun berdasar konsep psikoanalisa
Jung, Delunas melakukan penelitian terhadap para manajer dan ekesekutif negara
bagian, dan mengelompokkan tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
Sensors -
perceivers
Sensors -
judgers
Intuitive -
thinkers
Intuitive -
feelers
Tipologi
kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang disusun dengan menggunakan skala
CPI (California Personality Invetory) yang mengelompokkan tipe pemimpin
menjadi: leader, innovator, saint, dan artist.
Tipologi
Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan
Ada empat
kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun berdasar gaya kepemimpinan, yaitu
tipologi Blake - Mouton, tipologi Reddin, tipologi Bradford - Cohen, dan
tipologi Leavitt. Menurut Blake - Mouton tipe pemimpin dapat dibagi ke dalam
tipe:
Pemimpin
yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi,
Pemimpin
yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
Pemimpin
yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
Pemimpin
yang Orientasi Hubungannya Moderat, Orientasi Tugasnya Moderat, dan
Pemimpin
yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi
Kemudian
Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi ini, dan menemukan tipe
pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary, compromiser, bureaucrat,
benevolent autocrat, developer, dan executive. Sementara Bradford dan Cohen
membagi tipe pemimpin menjadi: technician, conductor, dan developer. Tipologi
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi:
pathfinders, problem solvers, dan implementers.
Tipologi
Kepemimpinan Berdasar Peran Fungsi dan Perilaku
Tipologi
pemimpin berdasar fungsi, peran, dan perilaku pemimpin adalah tipologi pemimpn
yang disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok .
Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe
berdasar fungsi, berdasar peran, dan berdasar perilaku yang ditunjukkan oleh
pemimpin. Berdasar perilakunya, tipe pemimpin dikelompokkan dalam kelompok tipe
pemimpin yang dikemukakan oleh: Cattell dan Stice; S. Levine; Clarke; Komaki,
Zlotnik dan Jensen. Berdasar fungsinya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam
kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Bales dan Slater; Roby; Shutz;
Cattell; Bowes dan Seashore. Berdasar perannya, tipe pemimpin dapat
dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh : Benne dan
Sheats; dan Mintzberg.
Teori dan arti penting kepemimpinan
Arti penting
pemimpin adalah arti penting dari sikap dan kewibawaan kita di mana kita
berdiri.
ini sangat
penting karna distiap lingkup kita harus memiliki jiwa kepemimpinan, seperti
pria mereka harus memiliki jiwa kepemimpinan, karna mau tidak mau mereka akan
jadi pemimpin diri sendiri, keluarga maupun ruang lingkupnya. jadi jiwa
kepemimpinan harus kita tanamkan pada waktu dini agar kita terbiasa.
Genetic
Theory
Pemimpin
adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang
tuanya.
Traits
theory
Teori ini
menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter pemimpinnya.
Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan
kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut judith R.
Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- Kemampuan
Intelektual
- Kematangan
Pribadi
- Pendidikan
- Statuts
Sosial Ekonomi
- Human
Relation
- Motivasi
Intrinsik
- Dorongan
untuk maju
Ronggowarsito
menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat unggul
yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa, bulan,
matahari, bintang.
Behavioral
Theory
Karena
keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti
mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara
untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang
memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai
usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan
penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan
yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Teori
kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan
konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis,
sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin,
tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono,
1994: 27).
Teori kepemimpinan
pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai
pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar
belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan
peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap
masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi
pemimpin, antara lain:
a. Seseorang
ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang
menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan
lingkungan.
Untuk
mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan,
kewibawaan, dan kemampuan.
1.
Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori
Sifat
Teori ini
bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri
ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76)
adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri
relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b) Teori
Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
* Perilaku
seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di
samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
*
Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi
kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian
pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis
pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum
pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443).
c) Teori
Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah :
* Jenis
pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan
sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi,
sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang
dianut kelompok;
* Rentang
kendali;
* Ancaman
dari luar organisasi;
* Tingkat
stress;
* Iklim yang
terdapat dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model
kepemimpinan berikut:
a. Model
kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan
perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan
pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai
perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ”
Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut
model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin
yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; *
Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model
Situasional
Model ini
menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan
gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah * Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak
bawahan berperan serta;
* Melakukan
pendelegasian.
d. Model ”
Jalan- Tujuan ”
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin
berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi
bawahannya.
e. Model
“Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian
utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
sumber:
http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/
http://cybermanado.blogspot.com/2012/04/leadership-teori-kepemimpinan.html
Jumat, 21 Juni 2013
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Posisi/ kedudukan
Dalam
kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam
hal berikut.
- Letak posisi; dalam hal ini apakah is
sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker)
ataukah staf (staffer).
- Tingkatan posisi; dalam hal ini
apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional,
teknis.
2. Masalah
Masalah atau
problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang
merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendaki dan harus diselesaikan.
3. Situasi
Situasi
adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,
dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor
itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
– Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu
faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
– Faktor-faktor yang tidak konstan, atau
variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak
tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi
adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya-sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang
hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan.
Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau
objective.
Sumber: www.masjono.netne.net/tpk/pertemuan4.pptx
JENIS – JENIS KEPUTUSAN ORGANISASI
Jenis
keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi
harus dapat melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi
mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara garis
besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Ø Keputusan Rutin
Keputusan
Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
Ø Keputusan tidak Rutin
Keputusan
tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak
bersifat rutin.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis_Keputusan_Organisasi
Difinisi dan Dasar pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini
berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut
Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi mengonseptualisasikan
tiga tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan: (l) Aktivitas inteligens,
(2) Aktivitas desain, (3) Aktivitas memilih. Dan definisnya sebagai berikut :
a) Aktivitas inteligensi. Berasal dari
pengertian militer "intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal
ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan
keputusan.
b) Aktivitas desain. Selama tahap kedua,
mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah.
c) Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan
terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang
tersedia.
Tahap ketiga
dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari
yang tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan tentang
langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
(1) Tahap identifikasi (2) Tahap
pengembangan, dan (3) Tahap seleksi. Dan
definisnya sebagai berikut :
a) Tahap identifikasi, di mana pengenalan
masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat
Diketahui bahwa masalah
yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep masalah
yang sederhana tidak.
b) Tahap pengembangan, di mana terdapat
pencarian prosedur atau solusi standar yang ada as mendesain solusi yang baru.
Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian d percobaan di mana
pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
c) Tahap seleksi, di mana pilihan solusi
dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan,
berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis
alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwar-menawar saat seleksi
melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.
Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Dasar Dari Pengambilan Keputusan
· Pencapaian tujuan organisasi secara
lancar, mudah & efisien.
· Pemecahan masalah atas kendala yang di
hadapi organisasi ( yang seringkali bersifat kontradiktif).
Sumber: http://arikn.blogspot.com/2012/11/proses-pengambilan-keputusan-dalam.html.
Implikasi Manajerial
untuk
meningkatkan efektifitas teamwork dalam sebuah perusahaan memerlukan teamwork
yang baik antara bagian dan divisi dalam perusahaannya tersebut,agar perusahaan
dapatberkembang dan bergerak maju dengan lebih cepat dan pada bagian
ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan
dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini. Implikasi manajerial
memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
Sumber: http://www.kesimpulan.com/2009/06/format-kesimpulan-dan-implikasi.html
KEKUATAN TEAMWORK
Sebuah
perusahaan yang akan bisa bergerak maju dengan luar biasa juga memerlukan
teamwork yang baik antara bagian dan divisi dalam perusahaannya tersebut. Kalau
antar divisi masing – masing bekerja sendiri – sendiri tanpa adanya kerja sama,
maka visi perusahaan akan lebih lambat tercapainya. Tetapi jika seluruh divisi
bahu – membahu serta saling support satu sama lain, maka perusahaan ini akan
bergerak maju dengan lebih cepat.
Memang
membangun sebuah teamwork yang solid itu tidaklah mudah. Ada
beberapa
tips bagaimana membuat tim yang solid :
Pertama : tentukan visi bersama yang mau
dicapai.
Langkah
pertama ini adalah langkah yang terpenting. Tanpa adanya penentuan sasaran atau
visi, ini akan membuat apa yang dikerjakan menjadi tidak terarah bahakan akan
menjadi salah sasaran. Untuk itu, cobalah luangkan waktu terlebih dahulu untuk
mengetahui apa yang sebenarnya menjadi visi yang mau dicapai.
KEDUA :
selalu ingatkan akan visi bersama yang mau dicapai.
Visi tidak
hanya bisa dicapai dengan satu kali set lalu selesai. Survei membuktikan, kalau
visi secara terus – menerus diingatkan dalam waktu yang berkala, pasti visi itu
akan lebih mudah dicapai. Mengapa? Karena saat sudah mulai bergeser tindakan
yang mau diraih saat mengejar pencapaian visi tersebut, dengan visi yang
diingatkan kembali secara berkala akan membuat kita mengarahkan kembali ke visi
yang sudah ditentukan di awal.
KETIGA :
dukung untuk terjadinya kerjasama untuk pencapaian visi.
Sebagai
superior / leader, teruslah memberikan dukungan terhadap tim untuk saling
bekerja sama mencapai visi. Ingatkan bahwa benefit yang akan dinikmati juga
akan dinikmati bersama kelak. Jika kita sendiri adalah pemain timnya, maka
dukunglah apa yang sudah ditentukan oleh leader kita, dukung juga rekan yang
lainnya untuk bisa saling membantu dalam proses pencapaian visi tersebut.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/KEKUATAN_TEAMWORK
Langganan:
Postingan (Atom)